- Bagaimana konflik mempengaruhi keefektifan organisasi. Jelaskan
dengan menggunakan contoh kasus yang Anda dapat ambil dari berbagai
sumber.
Konflik memiliki potensi besar untuk mempengaruhi
keefektifan organisasi. Sebagai contoh kasus pemberontakan PKI di Madiun yang
dilatar belakangi oleh sejumlah pentolan PKI tidak puas dengan pemerintahan
pusat. Rencananya, Madiun dijadikan kubu pertahanan dan titik tolak untuk
menguasai seluruh RI.
Konflik dapat memiliki dampak yang signifikan
terhadap keefektifan organisasi. Berikut adalah contoh kasus yang dapat diambil
dari berbagai sumber untuk menjelaskan bagaimana konflik mempengaruhi
keefektifan sebuah organisasi:
·
Pengaruh
terhadap stabilitas organisasi
·
Pembagian
antara anggota organisasi
·
Gangguan pada
rantai pasokan
·
Kerugian
sumber daya manusia
·
Dampak
psikologis
Contoh Kasus: Perang Saudara di Indonesia Dua
Peristiwa Civil War atau Perang Saudara yang Pernah Terjadi di Sejarah
Indonesia (suara.com)
Di Indonesia, terjadi perang saudara yang
melibatkan beberapa kelompok bersenjata yang saling bertentangan. Dalam konteks
ini, berbagai dampak konflik terhadap keefektifan organisasi dapat dilihat:
1. Gangguan terhadap operasional: Konflik
bersenjata sering kali menyebabkan gangguan terhadap operasional organisasi.
Misalnya, infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas publik mungkin
rusak atau tidak dapat diakses, yang menghambat pergerakan barang, distribusi,
dan akses ke pasar. Hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan pengiriman produk
atau layanan, penurunan pendapatan, dan kerugian reputasi.
2. Ketidakpastian dan risiko keamanan: Konflik
menciptakan ketidakpastian yang tinggi dan meningkatkan risiko keamanan bagi
organisasi dan karyawannya. Karyawan mungkin merasa tidak aman dan cemas
terhadap ancaman kekerasan atau serangan. Hal ini dapat mengganggu motivasi,
meningkatkan tingkat absensi, dan mengurangi produktivitas.
3. Pembagian di antara anggota organisasi:
Konflik sering kali menciptakan pembagian di antara anggota organisasi.
Misalnya, beberapa karyawan mungkin memiliki afiliasi atau dukungan terhadap
salah satu kelompok dalam konflik. Pembagian ini dapat mempengaruhi kerjasama,
komunikasi, dan kinerja tim, serta mengurangi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
4. Kerugian sumber daya manusia: Konflik
bersenjata dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera serius, atau pengungsi di
antara anggota organisasi. Hilangnya karyawan yang berharga dan berpengalaman
dapat mengganggu kontinuitas operasional dan memerlukan upaya untuk merekrut
dan melatih karyawan baru. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam
distribusi tugas, penurunan kualitas kerja, dan peningkatan beban kerja bagi
karyawan yang tersisa.
5. Dampak psikologis: Konflik bersenjata juga
memiliki dampak psikologis yang serius pada anggota organisasi. Mereka mungkin
mengalami trauma, stres pasca-trauma, kecemasan, dan depresi akibat pengalaman
konflik dan ketidakpastian. Kesejahteraan mental yang terganggu dapat
menyebabkan penurunan motivasi, kinerja yang buruk, dan peningkatan tingkat
kelengkapan karyawan.
Dalam kasus perang saudara di Negara X, konflik
tersebut mengganggu operasional organisasi, menciptakan ketidakpastian dan
risiko keamanan, menyebabkan pembagian di antara anggota organisasi,
menyebabkan ker
ugian sumber daya manusia, dan berdampak negatif
pada kesejahteraan psikologis. Semua dampak ini secara keseluruhan mempengaruhi
keefektifan organisasi di tengah konflik yang sedang berlangsung.
Sumber referensi :
BMP ADPU4341/MODUL 7/KB 3
- Bagaimana cara membangun budaya organisasi untuk mendukung
strategi organisasi!
Membangun budaya organisasi yang mendukung
strategi organisasi adalah penting untuk mencapai kesuksesan jangka panjang.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk membangun budaya organisasi yang
mendukung strategi organisasi:
1. Definisikan nilai-nilai inti: Nilai-nilai inti
adalah prinsip-prinsip yang menjadi panduan bagi perilaku dan keputusan di
dalam organisasi. Pastikan nilai-nilai inti tersebut terkait dengan strategi
organisasi dan dapat menginspirasi anggota organisasi untuk bertindak sesuai
dengan tujuan strategis yang ditetapkan. Komunikasikan secara jelas dan
terus-menerus tentang nilai-nilai ini kepada seluruh anggota organisasi.
2. Komunikasikan visi dan tujuan: Budaya
organisasi yang mendukung strategi organisasi membutuhkan pemahaman yang jelas
tentang visi dan tujuan organisasi. Sampaikan visi dan tujuan tersebut secara konsisten
dan terbuka kepada seluruh anggota organisasi. Pastikan anggota organisasi
memahami bagaimana upaya mereka berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
tersebut.
3. Fasilitasi partisipasi dan kolaborasi:
Mendorong partisipasi aktif dan kolaborasi di antara anggota organisasi
merupakan langkah penting dalam membangun budaya yang mendukung strategi
organisasi. Berikan kesempatan bagi anggota organisasi untuk berbagi ide,
pengalaman, dan pengetahuan mereka. Bangun mekanisme komunikasi dan kerja tim
yang efektif untuk mendorong kolaborasi yang saling menguntungkan.
4. Pemimpin sebagai contoh dan mentor: Pemimpin
dalam organisasi memiliki peran kunci dalam membangun budaya yang mendukung
strategi organisasi. Pemimpin harus menjadi contoh yang baik dalam mengamalkan
nilai-nilai inti dan menunjukkan komitmen terhadap visi dan tujuan organisasi.
Selain itu, mereka juga dapat berperan sebagai mentor yang membimbing anggota
organisasi dalam mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang diperlukan untuk
mendukung strategi organisasi.
5. Fasilitasi pembelajaran dan inovasi: Mendorong
pembelajaran dan inovasi adalah aspek penting dalam membangun budaya yang
mendukung strategi organisasi. Berikan dukungan dan sumber daya untuk
pengembangan karyawan, seperti pelatihan dan program pengembangan diri. Selain
itu, ciptakan lingkungan yang mendorong eksperimen, gagasan baru, dan
pembelajaran dari kegagalan.
6. Pengakuan dan penghargaan: Mengakui dan
menghargai kontribusi serta pencapaian anggota organisasi yang sejalan dengan
strategi organisasi adalah cara efektif untuk membangun budaya yang mendukung.
Sediakan sistem pengakuan yang adil dan transparan, baik dalam bentuk apresiasi
verbal, penghargaan formal, maupun insentif lainnya.
Sumber referensi :
BMP ADPU4341/MODUL 8/KB 1
0 comments:
Posting Komentar