Bagaimana
pandangan Saudara terkait perilaku kepemimpinan nasional di Indonesia sekarang
ini dan impaknya pada proses pembangunan nasional.
Perilaku
kepemimpinan nasional yang efektif sangat penting dalam mempercepat proses
pembangunan nasional di Indonesia. Dalam konteks ini, teori
transformasionalisme dapat menjadi landasan dalam mengevaluasi perilaku
kepemimpinan nasional di Indonesia dan dampaknya pada proses pembangunan
nasional.
Teori
transformasionalisme menyatakan bahwa pemimpin transformasional mampu
memotivasi dan menginspirasi bawahannya, serta membentuk bisi dan strategi yang
jelas untuk mencapai tujuan Bersama. Pemimpin transformasional juga mampu
meningkatkan kinerja organisasi melalui pengembangan sumber daya manusia,
pemberian otonomi, dan penggunaan gaya kepemimpinan yang partisipatif.
Namun, di
Indonesia masih terdapat kepemimpinan yang belum sepenuhnya menerapkan teori
transformasionalisme, seperti adanya praktik korupsi dan nepotisme yang merusak
tata Kelola pemerintahan yang baik. Dalam hal ini, teori patrimonalisme dapat
dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis masalah tersebut.
Teori
patrimonalisme menyatakan bahwa tata Kelola pemerintahan yang buruk dapat
terjadi ketika kekuasaan dan sumber daya pemerintah disalahgunakan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok kecil. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
korupsi, ketergantungan pada elit politik tertentu, dan tidak adanya akuntabilitas
dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya public.
Kesimpulannya,
teori transformasionalisme dapat menjadi landasan dalam mengevaluasi perilaku
kepemimpinan nasional di Indonesia dan dampaknya pada proses pembangunan
nasional. Namun, teori patriomonalisme juga harus diperhatikan untuk
menganalisis sumber masalah korupsi dan tata Kelola pemerintahan yang buruk di
Indonesia.
- Sumber : Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006).
Transformational leadership. Psychology Press.
- Huntington,
S. P. (1968). Political Order in Changing Societies. Yale University
Press.
Teori
kepemimpinan kontingensi menyatakan bahwa setiap situasi memerlukan tipe
kepemimpinan yang berbeda-beda, dan bahwa pemimpin harus dapat menyesuaikan
gaya kepemimpimannya denga situasi yang ada. Dalam konteks kepemimpinan
nasional di indoensia, ada beberapa faktor kontingensi yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan gaya kepemimpinan yang tepat untuk memimpin
proses pembangunan nasional.
Salah satu
faktor kontingensi yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi sosial dan politik
Indonesia yang kompleks dan beragam, pemimpin nasional harus dapat mengelola
dinamika dan konflik sosial-politik yang ada, serta membangun hubungan yang
baik dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang beragam. Pemimpin juga
harus dapat mengatasi masalah korupsi dan mengedepankan prinsip-prinsip
integritas dalam menjalankan tugasnya.
Dalam konteks
pembangunan nasional. Teori kepemimpinan kontingensi dapat diaplikasikan untuk
memahami bagaimana perilaku kepemimpinan yang tepat dapat membantu proses
pembangunan nasional menjadi lebih efektif. Sebagai contoh, dalam situasi yang
berbeda-beda, pemimpin nasional perlu memilih gaya kepemimpinan yang tepat agar
dapat memimpin dan mengkoordinasikan berbagai sektor dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Sumber
referensi : BMP ADPU4431/MODUL 3
Pramono, A.
2019. Teori Kepemimpinan Kontingensi : Sebuah Tinjauan Konseptual. Jurnal Ilmu
Manajemen dan Bisnis, 20 (1), 1-14.
Nurjaman, D.
2018. Kepemimpinan Kontingensi dan keberhasilan Organisasi. Jurnal Bisnis dan
Manajemen.
Pertanyaan ini
bersifat opini pribadi atau penilaian saudara terhadap bagaimana perilaku
kepemimpinan nasional, jadi tidak ada salah dan benar. Namun, jawaban yang baik
adalah opini yang didukung dengan konsep dan logis. Oleh karena itu, sebelum
memberikan opini saudara perlu membaca pembahasan terkait Gaya Kepemimpinan di
Modul 3 UT.
Sebelum menentukan perilaku kepemimpinan, maka
konsep yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan opini kita adalah
berbagai macam gaya kepemimpinan menurut para ahli.
Apakah menggunakan tiga gaya dasar, seperti:
otokratik, demokratik, partisipatif, atau bebas (free rein)
Atau menggunakan sistem kepemimpinan menurut
Likert, yaitu: otokrasi-eksploitatif, otokrasi-bijak, konsultatif, atau
kelompok partisipatif.
Atau menggunakan kisi-kisi kepemimpinan
menggunakan model Blake dan Mouton, yaitu: gaya pengalah, gaya tim, gaya
santai, gaya kerja, atau gaya pemimpin pertengahan.
Misalnya opini saudara menyatakan bahwa perilaku
kepemimpinan nasional di Indonesia saat ini adalah cenderung otokrasi bijak
(Likert), maka jelaskan argumen saudara dengan uraian penjelasan dan contoh
yang mendukung opini bahwa kepemimpinan saat ini adalah otokrasi bijak. Begitu
juga jika saudara menyatakan bahwa kepemimpinan saat ini gaya kerja (Blake dan
Mouton), jelaskan argumen saudara, dan sebagainya.
Dan jangan lupa menjelaskan dampaknya pada
proses pembangunan.
0 comments:
Posting Komentar