- Jelaskan konsep tentang Antilogisme dan Dilema dalam
hubungannya dengan penarikan kesimpulan?
Antilogisme adalah pengingkaran kesimpulan bentuk
silogisme akan terwujud ketidakselarasan antara premis dan kesimpulan. Konsep
dasar antilogisme untuk pengujian silogisme, yaitu dengan mengingkari
kesimpulan dari suatu silogisme akan terwujud ketidakselaranan dengan premisnya
maka yang tepat adalah kesimpulan semula. Berdasarkan kaidah antisilogisme
sebagai suatu tautologi dapan disusun juga suatu silogisme kondisional dengan
cara : “mengingkari konsekuen dengan menetapkan salah satu anteseden maka
kesimpulannya cukup mengingkari salah satu antesedennya”. Penyimpulan ini
disebut dengan penyimpulan antilogisme.
Dilema adalah penyimpulan berpangkal dua
pernyataan dengan hubungan ketergantungan yang mewujudkan kesimpulan bercabang.
Dilema atau penyimpulan bercabang merupakan penyimpulan nonsilogisme kedua yang
menggunakan dua proposisi kondisional sebagai premis mayor dan sering juga
menggunakan proposisi disjungtif sebagai premis minornya akan mewujudkan suatu
kesimpulan bercabang.
- Penalaran logis merupakan dasar dari penarikan
kesimpulan. Bagaimana halnya kesimpulan yang didasarkan pada Antilogisme
dan Dilema? Berikan contohnya!
·
Sebagaimana
penjelasan diatas bahwa kesimpulan yang didasarkan pada antilogisme yaitu dengan
mengingkari kesimpulan dari suatu silogisme akan terwujud ketidakselaranan dengan
premisnya maka yang tepat adalah kesimpulan semula.
Penyimpulan antilogisme disebut juga
bentuk khusus silogisme kondisional (SK), dengan rumus “Jika (p dan q maka r)
dan (p dan non r) maka kesimpulannya adalah (non q).”
Contoh
:
Jika bangsa Indonesia tetap bersatu
(p) dan stabilitas politik (q) tercipta maka pembangunan bangsa (r) akan
terwujud.
Pada tahun sekitar 1960 bangsa
Indonesia tetap bersatu (p) tetapi pembangunan bangsa tidak terwujud (non r).
Berarti stabilitas politik tidak tercipta (non q)
· Dilema
atau kesimpulan yang bercabang dapat juga satu kesimpulan berupa pernyataan
tunggal sebagai ganungan dua kesimpulan yang sama. Bentuk penyimpulan dilema
sering digunakan dalam perbincangan untuk menuntut pada lawan bicara mengambil
kesimpulan yang sulit atau tidak menyenangkan.
Seperti penjelasan diatas bahwa
penyimpulan dalam bentuk dilema atau penyimpulan bercabang ini premis minornya
dapat juga didahulukan, tidak mutlak harus premis mayor yang pertama premis
minor yang kedua.
Penyimpulan ini dirumuskan “Jika (p
atau non p), dan (jika p maka q, dan jika non p maka r) maka kesimpulannya (q
atau r).”
Contoh :
Saya berkata benar (p) atau salah
(non p), jika saya berkata benar (p) mengapa saya kau tampar (q), dan jika saya
berkata salah (non p) buktikanlah (r). Maka kesimpulannya mengapa saya kau
tampar (q) atau buktikan (r) kesalahan saya.
Sumber referensi : BMP
ISIP4211/MODUL 9/KB 2/Hal 9.27 – 9.41
0 comments:
Posting Komentar