Cara berpikir sosiologis adalah cara berpikir yang "beyond commonsense", yaitu cara berpikir yang tidak "bias" dengan kepentingan-kepentingan tertentu, sistem nilai, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya.
Ada 3 hal utama beyond commonsense dalam sosiologi :
• Seeing in the general in the particular
Peter L. Berger (1963) mendeskripsikan perspektif sosiologi sebagai "...seeing the general in the particular".
Artinya bahwa sosiologi melihat pada pola-pola yang umum dalam perilaku khusus seseorang (individu). Sementara itu, setiap individu adalah unik, dan masyarakat membentuk anggota-anggotanya. Sehingga perilaku tiap anggota masyarakat sesungguhnya dipengaruhi oleh "kekuatan sosial" yang berlaku dalam masyarakatnya.
Contoh : Seseorang dalam memilih jurusan kuliah, dalam masalah memilih jurusan tergantung tiap-tiap individu, akan tetapi dalam pemilihan tersebut, biasanya pilihannya dilatar belakangi oleh kelas sosial, pendidikan, keluarga dan lain-lain. Ketika dalam keluarganya dari orang tua maupun saudara-saudaranya berkerja dalam bidang kesehatan maka individu tersebut diharapkan memilih jurusan kuliah yang sama dengan keluarga tersebut sehingga setelah lulus kuliah juga berkerja di bidang kesehatan, yang mana pandangan dan nilai-nilai dari orang tua maupun keluarga ikut menjadi "tekanan sosial" yang tidak dapat dihindari.
• Seeing the strange in Familiar
Sosiologi selalu mempertanyakan hal-hal yang nampaknya "biasa-biasa saja". Sehingga sosiologi dapat membongkar rahasia di balik hal yang biasa. Dorongan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik suatu gejala dan masalah yang nampaknya biasa (familier) justru akan membawa sosiologi pada suatu temuan yang bersifat "underground".
Contoh : Orang Indonesia punya kebiasaan unik soal cara makan, yaitu dengan menggunakan tangan atau dalam bahasa Jawa disebut “muluk”. Adapun cara makan pakai tangan ini bisa bikin sensasi makan jauh lebih nikmat daripada makan dengan sendok atau peralatan lainnya. Mungkin bagi orang Indonesia hal ini sangat umum dan biasa/lumrah akan tetapi menurut sosiologi dapat membongkar rahasia dibalik hal tersebut.
• Seeing personal choise in social context
Sosiologi akan mampu menjelaskan bagaimana "pilihan pribadi" dipengaruhi oleh kekuatan sosial. Dalam artian bahwa secara sosial seseorang tidak dapat bebas memilih atas kehendaknya pribadi, akan tetapi dipengaruhi oleh satu atau lebih kekuatan sosial yang melingkarinya, seperti tekanan kelas sosial, agama, suku, pendidikan, keluarga dan sebagainya.
Contoh : keputusan pribadi seseorang yang memutuskan resign dari pekerjaannya, hal ini biasanya tidak hanya dipengaruhi dari pribadi sesorang saja melainkan faktor lainnya yang juga mempengaruhi sehingga orang tersebut memutuskan untuk resign dari pekerjaannya saat ini, bisa saja dari lingkunga kerja yang tidak sehat, pekerjaan yang tidak sesuai kemampuannya, tidak adanya peningkatan karir di perusahaan tersebut sehingga ingin mencari peluang yang lain, dll.
Sumber : BMP ISIP4110/Modul 2/KB 1/Hal .2.5-2.7
0 comments:
Posting Komentar