TUGAS II
MKDU4109
ISBD
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan
multikulturalisme dalam era Globalisasi! Berikan contoh konkret!
Multikulturalisme
merupakan sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan, yang
mencakup perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan secara budaya.
Secara
umum multikulturalisme biasanya berhubungan dengan konsep etnisitas. Menurut
H.A.R. Tilaar, multikulturalisme dalam era globalisasi berbeda dengan
multikulturalisme masa lalu, karena multikulturalisme modern bersifat lebih
terbuka dan melihat keluar.multikulturalisme tidak hanya berarti beragamnya
kelompok etnis dalam sebuah negara, tetapi juga seluruh kelompok etnis yang
beragam di luar batas-batas negara, termasuk di dalamnya perkembangan agama,
isu gender, dan kesadaran kaum marjinal.
Contoh
multikulturalisme dalam era globalisasi adalah multikulturalisme dalam budaya
dan bahasa.asanya multikulturalisme budaya dan bahasa tidak hanya ada di dalam
negeri tetapi juga multikulturalisme dengan budaya dan bahasa dari luar negeri.
Di era globalisasi sendiri dengan teknologi yang semakin canggih menyebabkan
budaya dan bahasa dapat dengan mudah di akses dan diperoleh.
Contoh
konkret untuk menyikapi multikulturalisme adalah program Pertukaran
Pemuda Antar Negara (PPAN) yang dilaksanakan pemerintah melalui
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA).
PPAN bertujuan mengembangkan generasi muda Indonesia untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan, sekaligus mempersiapkannya menghadapi tantangan global
di masa mendatang. Serta Memberikan kesempatan
kepada generasi muda untuk lebih mengenal adat-istiadat, kesenian, dan budaya
di negara tujuan, tukar-menukar pengalaman serta melakukan kegiatan bersama di
negara lain yang akan menimbulkan saling pengertian, penghormatan dan toleransi.
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe,
berikan contohnya!
Stereotipe
adalah suatu citra yang diletakkan pada suatu kelompok tertentu yang belum
tentu benar.
Contoh
stereotipe :
-
Steorotipe
tentang orang Minang yang dikonotasikan pelit
-
Steorotipe
tentang orang Tionghoa di Indonesai yang dikonotasikan licik
-
Steorotipe
tentang orang Jawa yang dikonotasikan malas
Contoh
stereotipe dikehidupan sehari-hari adalah stereotipe tentang orang yang
bertato, dimana anggapan bahwa orang bertato memiliki sifat yang buruk seperti
preman, pencuri, pemakai narkoba. Padahal anggapan ini tidak semuanya benar,
karena ada orang yang bertato karena menyukai seni dan tidak semua orang yang
bertato memiliki sifat atau kepribadian yang buruk.
- Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh,
berikan contohnya?
Kesetaraan menurut Bikhu Parekh, yaltu sebagai makhluk
kultural, manusia memiliki beberapa kemampuan dan kebutuhan yang
sama tetapi memiliki
perbedaan kultural, membentuk dan menyusun kemampuan dan kebutuhan setiap
manusia secara berbeda dan bahkan dapat membuat kemampuan dan
kebutuhan baru yang berbeda.
Manusia juga memiliki identitas bersama yang dimediasi
oleh budaya.
Manusia adalah makhluk yang sama, tetapi juga berbeda. Olch karena itu, manusia
harus diperlakukan setara karena dua karakteristik sebagai makhluk sama
dan sebagai makhluk yang berbeda.Maka kesetaraan
bukan berarti keseragaman perlakuan, telapi lebih kepada interaksi antara
keseragaman dan perbedaan.
Contoh
kesetaraan : kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam dunia
pendidikan. Baik laki-laki maupun perempuan berhak untuk mendapatkan
pendidikan. Di Indonesia sendiri budaya patriaki masih sering terlihat di
masyarakat, dimana anggapan bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya dari pada
perempuan. Alasan inilah yang menjadikan pendidikan bagi anak perempuan kurang
diperhatikan karena anggapan yang ada di masyarakat bahwa perempuan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan bekerja di dapur. Maka dari itu
kesetaraan gender dalam memperoleh pendidikan masih perlu diperhatikan.
Contoh
kesetaraan gender lainnya adalah kesetaraan gender yang ada dalam dunia kerja. Dulu seorang pemimpin biasanya yang
dipilih adalah seorang laki-laki, akan tetapi sekarang kesetaraan gender
berlaku dimana seorang perempuan juga dapat menjadi pemimpin asalkan kriteria
untuk menjadi seorang pemimpin telah terpenuhi oleh kandidat. Seperti presiden
Indonesia yang ke-5 yaitu Megawati Soekarnoputri, hal ini dapat membuktikan
bahwa kesetaraan gender berlaku dalam pemilihan presiden dimana perempuan juga
dapat menjadi seorang pemimpin dan bukan hanya laki-laki saja yang diperbolehkan
untuk menjadi seorang pemimpin.
Sumber
referensi :
Hertati Suandi, dkk. 2021. lmu Sosial dan Budaya Dasar. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Jurnal Pendidikan Sosial 10 (1) (2018): 77-90. Pendidikan
Berbasis Multikultural dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal Nusantara di Era
Globalisasi, A. Suradi , Fakultas Tarbiyah dan Tadris, lnstitut Agama Islam
Negeri Bengkulu, Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar